Wayang Kulit, warisan budaya tak ternilai dari Tanah Jawa

Mister en Mistriss...
Kalau kalian tinggal di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, pagelaran wayang kulit adalah hal yang sangat lumrah dan biasa. Banyak orang menandai suatu peristiwa penting dengan menggelar pagelaran wayang kulit. Sebut saja, bersih desa, peresmian gedung, memperingati hari penting, khitanan bahkan pernikahan. Selain itu, wayang kulit juga bisa dipakai untuk 'menolak bala' atau yang biasa disebut Ruwatan. Sejak dulu saya adalah penggemar wayang kulit. Bahkan ketika masih balita, saya sering diajak kakek untuk nonton wayang. Bukan sejam dua jam, tapi semalam suntuk. Tempat duduknya juga sukanya milih-milih dekat dalang, karena nontonnya lebih jelas....dan bisa melirik ke sinden-sinden yang genit-genit hehe. Idiih padahal masih balita...
Kesenian wayang kulit adalah warisan budaya nenek moyang sejak peradaban Hindu, dan sekarang banyak diadaptasi sesuai kebutuhan. Biasanya banyak menceritakan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana,
dengan cerita yang sudah diadaptasi dengan kebudayaan Jawa. Termasuk munculnya Punakawan, Limbuk dan Cangik. Cerita-ceritanya selalu mengajarkan kebaikan, dan menanamkan bahwa kejahatan pasti akan kalah dengan kebaikan. Kisah-kisahnya selalu menarik diikuti, misalnya Bale Sigala-gala, Srikandi Maguru Manah, Wiratha Parwa, Srikandhi Mustakaweni, Pandawa Dadu dan lain-lain. Biasanya disesuaikan dengan isu-isu yang lagi ngetrend di masyarakat. Uniknya, walaupun Wayang Kulit ini menggunakan bahasa krama inggil yang sangat halus, saya tetap dapat menikmatinya. Saya selalu menyukai apapun yang berhubungan dengan Wayang Kulit. Dalang favorit saya adalah Ki Mantheb Sudarsono yang memang sudah kondang di Indonesia. Para penabuh gamelan yang biasa disebut Niyogo, juga sangat piawai dalam memainkan gamelan. Musiknya sangat menenangkan. Lebih indah dari musik gedubrakan milik Linkin'Park. Suara sinden melengking tinggi, tapi indah didengar. Lebih asyik dari suara Inul Daratista.
Jaman sekarang, wayang sudah mengalami modifikasi agar terlihat lebih modern. Alat musik yang dipakai tidak hanya gamelan, tapi dilengkapi dengan keyboard dan drum. Segmen Goro-goro, yang biasanya menampilkan punakawan sekarang dilengkapi pelawak-pelawak terkenal dan sinden-sinden cantik. Gak kayak dulu, sindennya udah pada tua-tua, jadi males anak muda nontonnya. Pertunjukannyapun juga sudah mulai modern. Beberapa dalang menggunakan efek lampu dan efek cahaya yang menarik. Wayangnyapun juga dimodif aneka rupa. Ada wayang dengan bentuk tokoh-tokoh terkenal sampai selebriti. Salah satu dalang yang rada-rada slengekan adalah Ki Enthus Susmono. Ceritanya biasanya berkaitan dengan dunia islam, dengan tokoh sentral Pandawa.
Anyway, wayang adalah kebudayaan tak ternilai harganya, karena banyak nilai luhur terkandung di dalamnya. Wayang mulai dipelajari oleh orang-orang asing. Keberadaannya bukan hanya milik orang Jawa, tapi bangsa Indonesia pada umumnya. Setuju?

0 Response to "Wayang Kulit, warisan budaya tak ternilai dari Tanah Jawa"

Posting Komentar