Taman Nasional Kutai ( TNK ) Sangkima

Jembatan Sling

Kayu Besi

In the deep of the forest







Mister en Mistriss..
Watch your Step!
Saya berkesempatan mengunjungi Taman Nasional Kutai tiga kali, dan saya belum bosan. Taman Nasional Kutai terletak di pinggir jalan utama yang menghubungkan Bontang- Sangatta km 38, tepatnya di Sangkima, masuk wilayah Kab.Kutai Timur. Kalau naik sepeda motor dari Kota Bontang, memakan waktu sekitar 1 jam. Masalahnya, jalan raya Bontang-Sangatta berlubang di sana-sini, jadi kita harus ekstra hati-hati mengemudikan motor. Selain itu, jalanan juga sempit, jadi agak hati-hati juga kalo harus berpapasan dari 2 arah.

Jembatan Sling
Rehat sejenak
TNK terletak di sebelah kiri jalan. Kalo tampak depan, tampak beberapa bangunan rumah-rumah kecil semacam guest house dan show room. Ketika saya datang, tepat pukul 09.00 WITA. Masih agak sepi karena masih pagi. Saya disambut oleh petugas, dan diwajibkan membeli tiket yang harganya murah, yaitu Rp 1500. Petugas itu memastikan bahwa saya dan seorang teman saya dalam kondisi sehat. Karena beliau memberi gambaran bahwa rute yang akan kami tempuh cukup panjang ( 5 Km ) dan kondisi medan agak berat, turun naik masuk hutan. Berbekal semangat yang membaja, kami akhirnya memasuki kawasan hutan TNK.Sebenarnya bisa saja petugas memandu kami, tapi kami memilih berjalan sendiri, karena lebih bebas dan asik berekplorasi. Pada awalnya, kami memasuki celah kecil dibalik pepohonan, dengan jalan setapak yang terbuat dari kayu ulin. Sepanjang perjalanan kami melihat aneka macam vegetasi dan pepohonan yang sudah diberi label nama beserta nama latinnya. Ada beraneka ragam koleksi hutan ini. Kami tidak merasa lelah, karena suasana amat teduh dan lembab. Sinar matahari hampir-hampir tak bisa menerobos lekuk-lekuk hutan. Kami bersantai dan berfoto-foto sejenak. Setelah itu, kami melewati semacam jembatan gantung yang masih mudah untuk dilalui. Setelah satu kilometer, kami tiba di sebuah pohon yang teramat  besar, bahkan untuk memeluknyapun tangan kami tidak sampai. Ini adalah Pohon Ulin atau disebut juga Kayu Besi ( Eusideroxylon zwageri ). Diameternya 2,47 m dan usianya diperkirakan 1000 tahun. Keren gak?
Setelah dari pohon ini. jalan setapak dari kayu berakhir, dan berganti menjadi jalan setapak dari tanah. Tentu saja dengan jalan seperti ini, kami menjadi lebih tertantang. Kami diharuskan menerobos semak-semak belukar, menjelajah jalanan yang lembab dan becek, naik turun bukit. Pokoknya seru abis! Rasanya kita seperti terdampar di tengah hutan tak bertuan. Suasananya juga sangat mendukung. Suara binatang hutan menjerit-jerit bersahutan-sahutan memanggil namaku. Aku kira itu sejenis monyet atau burung. Walaupun suasana tidak terlalu panas, ngos-ngosan juga kami dibuatnya. Beberapa kali beristirahat untuk memulihkan energi. Saya sarankan untuk membawa perbekalan yang cukup, mengingat rute yang ditempuh cukup panjang.
Pemandian Tujuh Putri
Setelah beberapa kali melewati jembatan kayu yang cukup menguji adrenalin, kami tiba di semacam mata air dengan pancaran air yang jernih dan segar, yang kalo gak salah namanya Pemandian Tujuh Putri. Saya tidak tahu mengapa dinamakan seperti itu. Atau mungkin ada hubungannya dengan kisah Jaka Tarub di Tanah Jawa? Kami membasuh muka dan segarnya langsung terasa sampai ke hati. Semakin masuk ke dalam hutan, pepohonan makin rapat dan gelap. Kami khawatir akan tersesat. Kaki kami terasa berat, karena lelah yang mendera. Sebelum masuk tadi kami ingin sekali melihat Rumah Pohon. Tetapi kami tidak menemukan rumah pohon itu. Saya punya firasat kalo kami tersesat. Ternyata memang benar. Kami sempat tersesat, walaupun akhirnya kami dapat menemukan jalan kembali. Di perjalanan, kami bertemu dengan beberapa wisatawan lain. Saya sarankan untuk tidak membawa anak-anak kecil dan ibu hamil di tempat ini. Sangat berbahaya. Jalan setapak licin dan kadang berlumpur. Setelah beberapa lama kami berjalan, kami tiba di sebuah sungai yang lumayan besar, dengan jembatan sling di atasnya. Untuk menyeberang kami harus lewat jembatan itu. Oh No! Ini adalah jembatan yang paling menyeramkan yang pernah saya lewati. Kita harus meniti sebuah pipa yang ditopang kawat kanan kiri, kemudian berjalan di atas sungai yang arusnya deras. Kebayang gak gimana rasanya? Yang ada saya mual, karena setiapsaya melangkah, jembatan bergoyang-goyang, sehingga saya menjadi tidak stabil, rasanya mau jatuh. Saya melangkah dengan sangat hati-hati dan tegang. Benar-benar luar biasa efek yang ditimbulkan. Sereeem bangeet. Tapi dengan perjuangan yang pantang menyerah, saya sampai juga diseberang. Tak lama, kami tiba di pos terakhir, yaitu kembali ke halaman depan TNK, dari sisi yang berbeda. Rasa capek, haus dan lapar bercampur jadi satu. Tapi kami puas. Semuanya terbayar. Sambil beristirahat, kita bisa mencicipi bakso dan es kelapa yang dijual pedagang di depan TNK. Kalau mau sholat, di sini juga ada musholla. Atau bisa juga membeli souvenir kaos di Show room yang sudah disediakan. TNK ini juga dilengkapi semacam pondok,jadi kalau mau menginap di tempat ini juga bisa.
Saya merasa senang di tempat ini, karena biasanya kita dihajar dengan rutinitas pekerjaan yang menguras otak dan tenaga. Di sini, kita akan menemukan ketenangan dan kenyamanan. So, kalau kalian berkunjung ke Kaltim, sempatkan ke TNK. Rasakan suasana berbeda di tempat ini. Dijamin.

1 Response to "Taman Nasional Kutai ( TNK ) Sangkima"

  1. Unknown says:
    4 Januari 2019 pukul 13.51

    gooooooooooooooooooooooooooooooooood

Posting Komentar